Halaman

Rabu, 14 Juli 2010

Bacaan Favorit



Sepertinya syarafku agak menegang akhir-akhir ini. Yah, semacam repetitive strain injury (RSI) atau apalah, susah nyebutnya, mulutku saja sampai berbuih. Yang jelas sebentar lagi hasil ujian akan diumumkan. Aku gugup banget banget. Bayangkan perjuangang tiga tahun dipertaruhkan hanya dalam beberapa LJK.
Pada malam harinya aku sulit tidur. Selain karena kepikiran kelulusan, kasurku itu banyak kutunya. Dalam satu waktu aku mengintip lemari pakaian. Seragam putih-abu-abunya masih ada. Paling nggak persiapan kalo memang harus mengulang. Semoga itu nggak pernah ada. Setelah itu aku kembali ke laptop. Nggak penting, cuman main GTA.
Udah jam sebelas malam. Belum juga mau tidur. Gelisah.
Waktu maghrib tadi aku dengar ada satu yang nggak lulus. Sebenarnya sih aku nggak percaya-percaya amat. Biasalah… gosip. Tapi aku gugup juga. Jangan-jangan benar? Jangan-jangan orang malang itu aku?
Esok harinya, di bumi masih tersedia cukup udara untuk dihirup manusia gugup yang tentunya banyak menghabisakan oksigen macam aku dan teman-temanku yang lain. Tapi pastinya kegugupan itu nggak dipublikasikan. Cukup dalam hati, milik sendiri. Nanti jam sepuluh hasil baru akan dibeberkan di mushalla.
Pagi itu, seperti biasa, berhubung masih berstatus santri, aku masuk kelas. Belajar kitab. Sebentar-sebentar nengok ke belakang, ke arah jam dinding. Menghitung mundur.
“Sejam lagi.”
Klimaksnya pas penyerahan amplop berisi hasil UN. Di mushalla, setelah tetek-bengek seperti sambutan dan spesies lainnya, satu-satu orang maju mengambil amplop tipis yang harga perunitnya Rp. 50,-. Iya, murah! Isinya pun cuma sepotong kertas kecil. Kertas semacam itu ada dua rim di atas lemariku, mereknya sinar dunia.
Yang pertama dipanggil adalah…
“Abdurrahman!” panggil Pak Mus, pahlawan kita itu.
Orang yang bersangkutan maju dengan riang. Sehabis mengambil amplop, dia teriak-teriak bahwa dia lulus. Padahal dia belum membuka amplopnya, tapi dia yakin pasti lulus. Aku bisa mengerti, soalnya dia yang paling banyak punya jaringan.
Satu demi satu menyungging senyum, dan aku kapan? Ada yang histeris kesenangan. Kayaknya belum ada gelagat kegagalan. Semoga saja berita satu orang nggak lulus itu salah. Tapi aku jadi kepikiran sama doaku barusan. Kayaknya doa itu lumayan berbahaya jika sampai kabul. Misalnya , berita itu memang salah, dan yang benar itu cuma satu orang yang lulus. Wah, parah!
Setiap habis nerima amplop pasti nggak langsung dibuka, tapi diterawang dulu. Amplopnya kan tipis, jadi bisa kelihatan. Sampai pada giliranku. Aku terwang amplop itu. Harusnya tulisan di sepotong kertas di dalam amplop tipis itu kelihatan, tapi kertas di dalam amplopku ini sedikit bermasalah. Kertasnya terlilpat sehingga kertasnya nggak bisa kelihatan.
“Hah… apa lagi ini? Bikin lambat!”
Gemetaran, kubobol amplop itu. Kupaksa isinya keluar. Untungnya kertas itu nggak berontak. Waktu kubuka lipatannya pun dia pasrah. Dan aku lemas membaca tulisannya.
SELAMAT ANDA LULUS
Aku mendadak jadi sejenis orang yang orang ya g mengidap autis atau mungkin skizofrenia. Aku bingung dalam memilih ekspresi macam apa yang cocok. Aku cuma sanggup bersyukur dan tersenyum.
Detik-detik sesudah itu aku plong. Menunggu yang belum dapat amplop, aku duduk bersandar. Sebentar-sebentar membuka sepotong kertas luar biasa itu. Untung, tulisannya masih sama. Tajuddin menempelkan kertas sakti itu di dahinya dengan menyelipkan di kupiah. Dia berjalan keliling-keliling. Semua orang tahu dia itu manusia riya (sok pamer).
Lagi-lagi aku menengok kertasku. Kali ini lebih teliti.
02-011-051-6
Muhammad Ilham
SELAMAT
ANDA LULUS
Ah, manisnya. Di lubang huruf ‘A’ aku melihat kota Malang.
“Tunggu aku ITN.”
*****
Jika ditanya bacaan favorit, aku biasanya menyebutkan judul-judul novel dari tetralogi Laskar Pelangi. Tapi setelah pikir-pikir, jika dalam waktu dekat-dekat ini ada yang nanya bacaan favoritku, mungkin akuk bakal menjawab: kertas hasil UN-ku. 02-011-051-6 Muhammad Ilham SELAMAT ANDA LULUS.
*****
Gosip itu ternyata benar; satu orang nggak lulus. Ternyata banyak jaringan itu tak seindah kelihatannya, bingung milih yang mana. Terus berjuang Abdurrahim!

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.